Friday, November 26, 2010

Tip dan Trik Memotret Foto Berkualitas





Memotret dengan menggunakan kamera analog ataupun digital secara prinsip fotografi bedanya hanya dengan kamera analog ada penggantian film, sementara kamera digital tidak ada penggantian film. Kamera digital lebih diminati karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Berikut beberapa tips menghasilkan foto yang berkualitas dengan kamera digital :

1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar
Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki. Tidak ada gunanya membeli kamera dengan resolusi tinggi, tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar , dan bukan ukuran maksimum

2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal
Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya gunakan pengaturan berkualitas dengan level maksimal.

3. Pakai tipe gambar JPEG
JPEG, meskipun bersifat lossy ( kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik, keuntungan yang diperoleh juga bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop. Kamera SLR memberikan pilihan dengan format JPEG, TIF atau Raw. TIF digunakan untuk reproduksi grafis / seni, sementara Raw, menyimpan apa adanya.

4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting
Untuk pemotretan dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan secara otomatis mengoptimalkan white balance. Mode Daylight cocok untuk hari terang, sementara jika berawan, di anjurkan menggunakan mode Cloudy untuk mengevaluasi pewarnaan dan pencahayaan, lakukan tes dengan mengambil beberapa foto.




5. Jangan lupa mengatur “Low ISO Number” atau “Use Auto ISO”
Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Jika memakai ISO terlalu tinggi akan menimbulkan noise pada gambar.

6. Optimalkan pengguanaan histogram
Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.

7. Hindari penggunaan zoom secara digital
Sebaiknya tidak menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Gunakan zoom dari lensa saja, selain bisa menghemat penggunaan chip juga hasil foto menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.

8. Belilah kartu Memori berkualitas professional
Kecepatan rekam pengambilan foto dengan memori berkualitas tinggi bisa mengimbangi teknologi kamera. Dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut – turut dalam 1 detik. Keuntungan dengan memori berkualitas tinggi tidak perlu khawatir terjadinya pergeseran warna dalam foto.

9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD
Pastikan backup seluruh kreasi foto-foto Anda dalam CD atau DVD, sebagai antisipasi jika hard drive anda rusak.

(Sumber dari : Panduan informasi bisnis- Yellow Pages, Media Cetak Dan Media Elektronik)

Saturday, November 20, 2010

Candid Shooting

Dalam fotografi, kita mengenal istilah candid camera. Ini berarti bahwa subjek yang kita potret tidak dalam kondisi berpose atau 'sadar' kamera. Hasilnya pun terlihat lebih natural, spontan, dan tidak dibuat-buat. Berikut tips nya:

1. Bawa kamera kemana pun Anda pergi. Siap-siaplah untuk menjepret setiap saat, karena momen menarik bisa hadir di depan mata kapan saja.

2. Perhatikan kondisi sekitar Anda. Hal-hal sederhana bisa menjadi objek menarik untuk dibidik dengan kamera Anda. Misalnya, pemilik toko yang tengah melamun, orang yang sedang menunggu kereta api, lansia yang duduk di sebelah Anda, dua sejoli yang sedang berpacaran dan sebagainya.


( Alpha 300, 1/4s, f/5, ISO 100, FL 160 mm, Centre Weight )


3. Sigaplah untuk siap membidik, karena tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk mengambil gambar secara candid. Jadi ketika ada momen bagus, jangan ragu untuk langsung menjepret.

4. Jangan terlalu memusingkan teknik-teknik lighting yang rumit. Berfokuslah pada teknik yang sederhana, dan gunakan fitur otomatis kamera. Ini akan memudahkan Anda. Berbagai masalah teknis, seperti gambar terlalu terang atau gelap dapat disiasati dengan editing komputer.


( Alpha 300, 1/5s, f/5,6, ISO 400, FL 180 mm, Centre Weight )


5. Setinglah kamera pada ISO 400, sehingga kamera menggunakan shutter speed yang cepat. Hal ini memungkinkan Anda untuk menangkap momen dengan tepat meski Anda sedang bergerak.

6. Anda tidak perlu selalu memotret dengan kamera pada posisi mata. Mungkin, Anda bisa meletakkan kamera di pinggang saat mengambil gambar. Di sini memang dibutuhkan pengalaman dan keberuntungan untuk mendapatkan gambar yang bagus.

7. Gunakan lensa zoom paling maksimal sehingga Anda dapat menjaga jarak dari subjek jepretan Anda saat memotret.
8. Jangan menggunakan flash saat mengambil secara candid karena ini akan membahayakan anda.


( Alpha 300, 1/125s, f/4,5, ISO 400, FL 75 mm, Spot )


9. Jangan pernah mengambil foto punggung orang, ini akan menghasilkan gambar yang membosankan.

10. Cobalah untuk meng-convert gambar ke posisi 'Black and White' untuk mendapatkan hasil yang lebih emosional.

11. Momen 'orang sedang melakukan sesuatu' akan menjadi foto candid yang bagus. Misalnya, atlet, pedagang, petani. Cobalah untuk meng-capture inti dari pekerjaan orang tersebut. Misalnya, meng-capture tukang ledeng yang sedang berkutat memperbaiki pipa bocor atau yang lainnya.

( Alpha 300, 1/4s, f/4,5, ISO 400, FL 100 mm, Spot )


12. Jika Anda berada di tempat umum, sah-sah saja memotret orang (foto liputan). Jika Anda merasa tidak enak untuk mengambil gambar orang tanpa sepengetahuannya, tak ada salahnya Anda meminta izin. Mintalah subjek untuk tidak berpose, bersikap senatural mungkin dan tetap melanjutkan aktivitasnya.

13. Jangan pernah bosan untuk berlatih dan mencoba terus-menerus. Cobalah berbagai macam angle, tempat dan scene yang berbeda-beda. Anda juga bisa mencari inspirasi dari foto candid orang lain. 

Panning Tehnique

Panning adalah cara lain untuk memberikan kesan gerak pada foto. Ketika melakukan panning, Anda mengikuti subjek selama eksposure. Jika terlaksana dengan baik, hasilnya menjadikan subjek menjadi relatif lebih tajam dibandingkan dengan backgroundnya yang hampir sepenuhnya blur. Jarang dihasilkan subjek yang sepenuhnya tajam. Namun, beberapa bagian subjek yang mengalami blur justru memperkuat kesan gerak dari foto.





( Alpha 300, 1/160s, f/11, ISO 400, FL 75 mm, Spot )


Teknik panning digunakan ketika Anda menginginkan kesan bergerak pada subjek tidak hilang. 

Pemotretan panning harus terencana. Ambillah subjek yang terpisah cukup baik dari background. Cobalah temukan background yang memiliki warna cerah atau berciri jelas yang akan menghasilkan pola menarik dari warna-warna yang diblur. Pada saat pemotretan, waktu yang tepat dan halusnya gerakan kamera merupakan faktor yang sangat penting. Awali mengikuti subjek sebelum melepas rana, lepaskan rana, lakukan terus hingga terdengar suara klik rana menutup kembali. Putar seluruh badan saat mengikuti gerakan subjek, jangan melakukan hanya dengan menggerakkan kepala dan bahu saja. Panning membutuhkan kemampuan praktek, terkadang fotografer profesional pun tidak selalu berhasil dalam setiap jepretannya.

Panning menggunakan rana berkecepatan rendah, biasanya 1/15 atau 1/30. Penggunaan kecepatan rana lebih rendah membutuhkan tripod untuk mencegah timbulnya gerakan vertikal kamera yang tidak diinginkan. 

Untuk mencegah overexposure dengan kecepatan rana rendah pada cuaca terang, gunakan film berkecepatan rendah.



Memotret Binatang Piaraan


( Alpha 300, 1/125s, f5,6, ISO 400, 150 mm, Spot )



Hewan piaraan biasanya aktif dan bergerak teratur. Memotret hewan piaraan dapat menjadi agak sukar karena mereka tidak mau bergaya untuk kamera dan tidak mau mengikuti instruksi dengan baik. Sekalipun memotret hewan piaraan mudah, hasilnya bisa sangat memuaskan. 


Teknik-Teknik Dasar

Memakai Mainan
Pusatkan perhatian binatang piaraan Anda dengan mainan atau makanan kesukaannya. Ini akan menarik perhatian binatang piaraan Anda cukup lama sehingga Anda dapat memotretnya.

Menghindari Lampu Kilat
Jika Anda memakai lampu kilat, kilatan cahaya yang tiba-tiba atau cahaya yang sangat terang akan membuat takut bianatang piaraan atau membuat matanya merah di foto. Untuk mengatasi masalah ini, cobalah sebisa mungkin untuk tidak memakai lampu kilat. Jika terpaksa, pakailah mode Red Eye Reduction yang ada di kebanyakan kamera digital.

ISO dan Kecepatan Rana
Dengan meningkatkan kepekaan kamera (ISO lebih tinggi) atau memperbesar bukaan diafragma, Anda dapat memakai kecepatan rana tinggi untuk menangkap gerakan hewan piaraan Anda. Hasil yang sama akan Akan peroleh dengan mode Sport Scene.

Teknik-Teknik Lebih Canggih 

Pemotretan Kontinyu
Anda tidak pernah tahu kapan binatang piaraan Anda akan menampilkan diri atau bergaya seperti keinginan Anda. Supaya Anda tidak kehilangan momen yang berharga, pakailah fitur Continuos Shot untuk memotret berurutan kemudian memilih yang terbaik.

Fokus Terpilih
Perbesar sampai bukaan diafragma maksimum (atau pakai mode Portrait) dan pakai teknik fokus terpilih untuk mengaburkan latar belakang dan menjaga fokus binatang piaraan Anda.

Close-up
Cobalah memotret close-up untuk mengomunikasikan suasana keakraban dan kekeluargaan. Anda tidak perlu memasukkan wajah binatang piaraan Anda atau seluruh badannya di foto. Cobalah memotret close-up dari sudut atau fokus yang berbeda di daerah khusus.

Cobalah!
Anda dapat memotret binatang piaraan dengan banyak cara. Untuk membantu Anda memulainya, ada sedikit saran: Memotret binatang piaraan Anda saat berinteraksi dengan orang lain menunjukkan sifat bersahabat. Memakai lensa sudut lebar untuk memotret tampang lucu binatang piaraan Anda.

Sumber : 40 Teknik Fotografi Digital. John Kim. Elex Media Komputindo

Friday, November 19, 2010

Pemotretan Malam Hari ( Night Shooting )


( Alpha 300, 13s, f/14, ISO 400, FL 18 mm, ISO 400, Spot )

Memotret pada malam hari tentu merupakan suatu problem tersendiri bagi pemula, terutama jika memotretnya tanpa menggunakan lampu-kilat. Sebab sesuai anggapan pada umumnya, maka malam berarti gelap, redup dan lemah cahayanya. Sehingga tak akan mendukung hasil pemotretan karena menghasilkan gambar yang tampak gelap.

Namun demikian, memotret malam memang bukan berarti memotret gelapnya malam, melainkan memotret keadaan malam yang indah dengan gemerlapnya lampu- lampu. Jika kita berpikir seperti seorang pemula, memang akan membuat kita ragu melakukan pemotretan di malam hari tanpa menggunakan lampu-kilat. Akan tetapi menyadari perkembangan zaman, di mana fotografi juga telah berkembang demikian pesatnya, rasanya malam hari tak akan lagi menjadikan seseorang takut memotret dan membuat gagalnya suatu pemotretan karena hasilnya gelap. Pendapat tersebut rasanya akan diiyakan oleh kaum pemotret amatir atau pemula terlebih setelah munculnya era fotografi digital.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemotretan malam hari antara lain :

1. Gunakan Tripod

Tripod adalah peralatan penting jika kita ingin mendapatkan ketajaman gambar yang maksimal, sangat banyak berguna dalam mengurangi getaran pada kamera , terutama yang berasal dari getaran tangan, memang tidak selamanya kita bisa menggunakan tripod, tapi saat bisa kita gunakan, pergunakanlah..

2. Pemilihan Lensa.

Sebagai perlengkapan utama sebaiknya gunakan lensa yang dapat mencakup sudut pandang yang luas, misalnya lensa sudut lebar 24 mm, mungkin juga yang bersudut 20 mm. Meskipun kadang-kadang lensa sudut lebar tak terlalu diperlukan, tetapi sebaiknya lensa tersebut selalu dibawa menyertai lensa jenis tele-zoom menengah seperti 70-210 mm.

3. Gunakan self timer atau Cable Release ( jika ada )

Mengatur self timer untuk mengambil gambar bisa mengurangi getaran pada saat menekan tombol shutter, sehalus apapun kita menakan tombol shutter, selalu ada resiko gerakan kecil yang mengurangi ketajaman gambar. Pada Alpha 550 self timer bisa dipilih dengan waktu jeda selama 10 detik.

Cara lain mengurangi transfer getaran tangan adalah penggunaan Cable release, sebuah alat yang sambungkan pada kamera yang berfungsi mirip remote control untuk melakukan aksi shutter secara eksternal, dengan ini shutter akan bekerja tanpa harus menekan langsung tombol shutter pada kamera. Untuk yang satu ini saya belum pernah mencobanya karena masih belum punya alatnya.

4. Shutter Speed 

Gunakan shutter speed sesingkat mungkin jika bisa, sebagai gambaran bisa menggunakan rumus : 1/focal length. Contoh pada lensa kit 18-55mm, yang di set pada focal length 55mm, shutter speed bisa diatur selama 1/55 sekon atau 1/60 sekon juga bisa dijadikan pilihan.

5. ISO Speed

Set ISO Speed seminimal mungkin, (ISO 200 pada Alpha 550). Ubah nilai ISO hanya jika terpaksa, atau saat seting Aperture dan Shutter speed tidak bisa menolong lagi.




Macro Photography Tutorial

Why Is Macro Photography Very Cool?

There’s something very satisfying about being able to see details that your naked eye couldn’t distinguish. Call it curiosity, call it science, call it plain old wonder if you like. It just makes you feel like you accomplished something great.

Inflated-sense-of-self-worth aside, macro photography is really handy to know. Use it to photograph food, or capture the beauty of nature, or record interesting textures like peeling paint or flaking rust. Or heck, use it to improve your pictures when you sell stuff on eBay and make a whole bunch of money.

 ( Alpha 300, Reverse Lens with Sony Lens AF 18-70 mm / kit lens, Flash Bouncing )

Macro 101: How to Take Pictures of Tiny Things

Macro photography sounds impressive, and it looks impressive, but pretty much anybody can do it. Here’s how:

Use the macro setting (usually symbolized by “MF” or a pictogram of a flower) on your camera. This allows you to focus when you’re very close to your subject.

Zoom in on your subject as far as your lens will allow.

Get as close as you can to the subject while still able to focus.

Hold your breath and take the picture. At such close range, every movement is magnified, and the act of breathing can actually jar your shot out of focus.

See? Told you it was simple!

Macro 102: How To Light Tiny Things

Practice in bright sunlight until you get used to taking macro pictures.

Open shade or overcast days may call for a tripod. Zoomed-in lenses suck up a lot of light, and longer exposures increase your chances of blurred photos. That, plus the magnified movement that comes with close range, means a tripod will make your life a lot easier.

One thing you really don’t want to do is use a flash. At close range, a flash will wash out your picture and flatten out details like a steamroller. Use natural light, or use a tripod. If you really really want to use a flash, make your own macro ringflash from a styrofoam cup. You can also make your own macro studio.

Macro 201: Photographing Tinier Things

Once you get a taste for macro photography, you’ll find you want more. More! MORE!!

The basic zoom method is great, but eventually you want to get closer and see even finer details. If you have an SLR, the cheapest way to get closer is a set of close-up filters.

A close-up filter (a.k.a. close-up lens, achromatic lens, or achromat) is essentially a magnifying glass with threads that you can screw onto your regular lens like a filter. They come in varying powers, usually 1x, 2x, 4x and 10x. Sets of close-up filters can generally be found for under $20.

The picture on the left of a 2-inch-long padlock was taken with a 90mm lens. The picture on the right was taken with a 10x close-up filter added to the same lens.

The great thing about close-up filters is that they’re super affordable, let you get in very close to your subject, and take up practically no room in your camera bag.

The less-than-great aspect of close-up filters is that they have an extremely shallow depth of field, so you need to use a very high aperture number (f16+) to compensate. The small aperture and miniscule depth of field mean that you’ll almost always need to use a tripod, even in full sun. Taking pictures of flowers on windy days is right out; they move too much to allow you to focus.

Macro 301: Photographing Even Tinier Things

If you have the money and want to invest in serious macro gear, buy a macro lens. Make sure it’s single focal-length, not a zoom; zoom lenses are more fragile and tend to be lower quality.

Canon, Nikon, Tamron, and Tokina all make good quality single focal-length macro lenses that range from $250 into the thousands.

Of course, if you’re on a budget, dropping even $250 on a lens isn’t likely. Especially if you have a point-and-shoot instead of an SLR. Never fear! If you can get your hands on some optics, you can make yourself a macro lens.

All you really need to make a lens is a piece of glass. We’ve found tutorials on making macro lenses out of a magnifying glass, an old pair of binoculars, a telescope, or even a pair of reading glasses. Do an internet search for “DIY macro lens” and you’ll be amazed at what’s out there.

One of the best things that we’ve tried is a reverse-mounted lens. The concept is simple: mount the lens backward on your camera and shoot through it the wrong way. Reversing any lens instantly turns it into a macro lens. Neat, right? 

( Taken from http://content.photojojo.com/guides/macro-and-micro-photography-guide/ )

Animals


( Alpha 300, 1/13s, f/1, ISO 100, Reverse Lens, Spot )




( Alpha 300, 1/320s, f/7,1, ISO 100, eV +1.00 FL 105 mm, Spot )




( Alpha 300, 1/125s, f/4,5, ISO 400, eV +1.00, FL 105 mm, Centre Weight )




( Alpha 300, 1/80s, f/4,5, ISO 400, FL 105 mm, Centre Weight )



( Alpha 300, 1/250s, f/5,6, ISO 200, FL 55 mm, Spot )




( Alpha 300, 1/20s, f/5,6, ISO 400, FL 200 mm, Spot )




( Alpha 300, 1/1500s, f/5,6, ISO 400, FL 160 mm, Spot )




( Alpha 300, 1/400s, f/5,6, ISO 400, FL 300 mm, Spot )


A fruit of flower


( Alpha 300, 1/500s, f/5,6, ISO 200, FL 100 mm, Spot )




( Alpha 300, 1/200s, f/3,5, ISO 200, FL 100 mm, Spot )




( Alpha 300, 1/250s, f/6,3, ISO 200, FL 100 mm, Spot )


Baron Beach


( Alpha 300, 1/320s, f/10, ISO 100, FL 24 mm, Centre Weight and little HDR )

After fire burning at Matraman


( Using Nokia E71 )